Tukang Becak dan Harapan Pendidikan Tinggi Bagi Anak

Tukang Becak dan Harapan Pendidikan Tinggi Bagi Anak

Ulasan Film Pareeksha: The Final Test (2020)

Oleh: Rijal Mumazziq Z

Berbeda dengan gaya Karan Johar dengan sodoran film-film romatis dengan cerita kompleks dan pemandangan indah; Yash Raj yang selalu menampilkan kisah cinta romantis; Ashutosh Gowariker yang realis; Rohit Shetty yang selalu menampilkan corak warna yang fun, mobil mewah dan ledakan dalam berbagai karyanya; Sanjay Leela Bhansali yang menampilkan unsur glamour, klasik, dan tatacahaya yang menakjubkan; penuh spesial efek seperti karya Rakesh Roshan; plot yang tidak diduga seperti karya Rajkumar Hirani; film dengan sudut padang gelap seperti garapan Nishikant Kamat; hingga garapan Rakeysh Omprakash Mehra yang selalu ada adegan orang mabuk itu, hahaha. Namun, dari sekian banyak sutradara yang saya sebutkan, bagi saya Prakash Jha ini unik.

Karya Prakash Jha

Sebatas pemahaman saya, Prakash Jha spesialis sutradara maupun produser film bertema politik. Latarbelakangnya sebagai pegiat LSM dan aktivis partai lokal membuatnya memilih berkutat pada isu sosial-politik melalui sinema bikinannya. Ada beberapa karyanya yang sudah saya tonton. Antara lain Mrityudand (1997), Apaharan (2005), Raajneti (2010), Chakravyuh (2012), dan Satyagraha (2013). Semua bertema politik, termasuk yang belum saya tonton: Damul (1984), Gangaajal (2003) Aarakshan (2011). Khusus untuk Dil Kya Kare (1999), saya nonton, tapi ini bukan film intrik politik, melainkan keluarga.

Ulasan tentang karya Prakash Jha sudah saya tuang dalam catatan ini, silahkan baca di link https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3907625749319032&id=100002149375608

Kali ini, saya kembali menikmati karya Jha melalui "Pareeksha: The Final Test" (2020). Ini bukan film politik, titik. Ini film bertema pendidikan. Kemanusiaan, lebih tepatnya.

Alur Cerita Film Pareeksha The Final Test

Alur film berkisah tentang Buchi, tukang becak miskin yang tidak berpendidikan yang tinggal di kawasan kumuh. Dia menginginkan putranya meraih jenjang pendidikan tinggi. Tak heran, sebab Bulbul, si putra, memang punya potensi.

Istrinya, Radhika, juga mendukung, walaupun pekerjaannya sebagai buruh pabrik panci. Penghasilan keduanya tentu tak cukup buat membiayai Bulbul masuk sekolah swasta elite. Tapi itu tak menggoyahkan cita-cita keduanya. Bulbul lantas dipindah, dari sekolah negeri di kampung kumuh ke sekolah mehong, Shappire International School. Tempat kaum tajir menikmasi fasilitas yang memadai. Sekolah bagi para "orang sukses". Ditandai dengan koleksi berbagai foto alumni sukses di dinding ruang administrasi sekolah, maupun jejeran piala.

Di situ, sebagai tukang becak yang saban hari antar jemput siswa, Buchi banyak mendapatkan buku-buku yang dibuang ke tempat sampah, lantaran sudah nggak dipakai lagi, atau sudah tidak sesuai kurikulum. Buku-buku ini dikumpulkan dan dia berikan kepada Bulbul agar dipakai bahan belajar. Cerdik.

Di situ drama bermula. Buchi yakin dengan bakat anaknya di bidang eksakta. Apapun dia lakukan demi anak tunggalnya. Sedangkan kantongnya kempes. Tagihan bulanan, les tambahan, dan biaya lain membuat dia dan istrinya semakin bekerja lebih keras. Sayang, penghasilan keduanya tetap cupet. Nggak cukup.

Jadilah dia mulai melakukan aksi kriminal. Jadi maling amatir. Awalnya hanya menilep dompet penumpang becaknya. Lantas, mencopet dompet penumpang cewek. Lalu, menggangsir koper penumpang bis. Semua hasil curiannya dia pakai membayar biaya sekolah anaknya. Tak hanya itu, tahu jika kemampuan bahasa Inggris anaknya lemah, dia menyogok pelayan sekolah agar memberikan bocoran jawaban ujian.

Bulbul pada akhirnya tahu jika sang ayah yang mendalangi kecurangan. Marahlah dia. Merasa justru ayahnya yang mengajari kecurangan, di saat dia dituntut untuk selalu jujur.

Di sisi lain, merasa aksi kriminalnya aman, Buchi lantas mencuri di rumah kosong, yang ternyata masih ada penghuninya. Apesnya, kali ini dia kena sergap. Babak belur dihajar polisi, dia tetap bungkam. Tidak mau membocorkan identitasnya. Dia pun dijebloskan ke bui.

Justru di penjara ini dia dipertemukan dengan perwira polisi, Kailash Anand, yang selain mahir di bidang keamanan, juga memiliki kemampuan eksakta yang baik. Jadilah kemudian, setelah menceritakan kondisi Buchi kepada anak dan istrinya, Anand malah tertarik mengajar eksakta bagi anak anak tidak mampu di kawasan kumuh, tempat Buchi sekeluarga tinggal di kawasan Bihar. Di situ, dia mendampingi Bulbul mengajar anak-anak miskin.

Ketika pada akhirnya Buchi divonis 3 tahun penjara, dan dia meratapi nasib serta meminta maaf kepada keluarganya, Bulbul nyaris tidak diperbolehkan ujian akhir di sekolahnya lantaran kasus pidana ayahnya.

Hanya, atas kebijakan bu kepsek, dia pada akhirnya bisa mengikuti ujian dengan hasil memuaskan di Shappire, sekolah elit kaum berduit itu.

Di film ini, kita bisa menelaah kembali perjuangan seorang ayah untuk buah hatinya. Juga perjuangan anak menjaga idealisme dan kejujuran yang diajarkan dalam keluarganya, yang pada akhirnya malah dikhianati oleh ayahnya sendiri.

Film ini berdasarkan kisah nyata seorang perwira polisi serta aktivis pendidikan dan sosial, Abhayanand, yang bersama Anand Kumar membuat rancangan "Super 30" bagi anak-anak jenius India yang berasal dari keluarga fakir. Ulasan film "Super 30" sudah saya ulas di sini:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2425069797574642&id=100002149375608

****

Ulasan Film Pareeksha The Final Test

Untuk alur cerita, sebagaimana kebiasaan film India, garapan Prakash Jha ini menyuguhkan segregasi kelas elit dan alit. Pada akhirnya, pembacaan hitam putih selalu menghasilkan kaum miskin yang menang, kaum kaya yang "kalah", juga kaum tajir yang bersimpati, dan para oportunis yang pintar menempatkan diri.

Juga persahabatan yang erat antar kaum alit, dan sikut-sikutan antar kalangan elit, tampak mencolok. Sisanya, tidak ada adegan pamer kemewahan sebagaimana ciri khas karya Prakash Jha. Semua natural. Apik. India yang apa adanya. Tidak dipoles dengan pupur glamor.

Ciri khas karya Jha tampak, sekali lagi, pada adegan dramatis hujan-hujanan. Tampaknya selalu ada adegan dramatis-humanis di bawah guyuran hujan, sebagaimana dalam karya lainnya. Di "Pareeksha", adegan ini tampak melankolis saat Buchi bersama Bulbul mencegat mobil kepala sekolah keluar dari gerbang, lantas merayu agar anaknya diperbolehkan sekolah di Shappire.

Untuk akting, Adil Hussain, pemeran Buchi, sudah bagus. Saat nangis dan memasang wajah melas pun sudah oke. Priyanka Bose, yang memerankan ibu pekerja keras nan melankolis, Radhika, juga natural. Apik. Mungkin Shubham Jha, pemeran Bulbul, yang agak canggung. Maklum penampilan perdana gaes.

Rating film ini bagus. Kritikus menganggapnya sebagai salah satu film bertema pendidikan yang layak tonton.

Demikian Tuan Guru Bollywood menyampaikan misi dakwahnya malam ini!

Salaam!
Namaste!


😂😂😂😂

Penutup

Artikel ini ditulis oleh Rijal Mumazziq Z dan telah terbit di laman facebook pada 4 September 2022 

Apa pendapatmu tentang Tukang Becak dan Harapan Pendidikan Tinggi Bagi Anak? Yuk, beritahu kami di kolom komentar.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca semua. Dapatkan artikel review dan sinopsis film India, atau gosip selebriti terbaru, dan semua hal tentang film India ada disini. Kalian juga bisa menonton film India Terbaru Subtitle Bahasa Indonesia disini.



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url